Pembaca  yang dirahmati Allah Azza wa Jalla, meyakini keberadaan jin atau setan  merupakan bagian dari ajaran agama Islam yang mulia ini. Alam mereka  (para jin) sama sekali berbeda dengan alam manusia meskipun keduanya  diciptakan oleh Allah Azza wa Jalla untuk satu tujuan yaitu beribadah  hanya kepada-Nya. Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. [adz-Dzâriat/51:56]
Manusia  tidak dapat melihat jin atau setan dengan kasat mata. Namun, mereka  dapat melihat manusia. Allah Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّهُ  يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ ۗ إِنَّا  جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ
Sesungguhnya  dia (setan) dan anak keturunan dari bangsanya dapat melihat kalian  sementara kalian tidak dapat melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah  menjadikan setan-setan itu sebagai pemimpim bagi orang-orang yang tidak  beriman. [al-A‘râf/7:27]
Setan adalah musuh manusia yang selalu  berupaya menjauhkan mereka dari jalan Allah Azza wa Jalla yang lurus.  Setan mengajak para pengikutnya untuk menemaninya di neraka sa‘ir. Allah  Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا ۚ إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ
Sesungguhnya  setan adalah musuh bagi kalian, maka jadikanlah ia musuh (kalian),  sesungguhnya setan itu mengajak para pengikutnya agar menjadi penghuni  neraka (sa‘ir) yang menyala-nyala” [Fâthir/35:6]
Kebiasaan setan  adalah mengelabui manusia, menghalangi dari kebaikan dan kebenaran. Dan  menggelincirkan manusia dalam kesesatan adalah sumpahnya di hadapan  Allah. Allah Azza wa Jalla berfirman tentang ucapan Iblis:
قَالَ  فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ  ثُمَّ لَآتِيَنَّهُم مِّن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ  أَيْمَانِهِمْ وَعَن شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
Iblis  berkata, “Karena Engkau (ya Allah) telah menghukumku untuk tersesat,  maka sungguh aku akan menghalanghalangi manusia dari jalan Engkau yang  lurus. Kemudian aku akan mendatangi (menggoda) mereka dari hadapan dan  dari belakang mereka, dari kanan dan kiri mereka, dan Engkau tidak akan  mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)”. [al-A`râf/7:16-17]
Mereka  ada dimana-mana, siap menjadikan manusia sebagai mangsa kesesatannya.  Berbagai metode ditempuh agar manusia jauh dari tauhid dan terjebak  dalam lumpur kesyirikan atau kubangan dosa kemaksiatan. Semoga Allah k  menjaga kita dari setiap keburukan. Amîn
“TAHAYUL” MENGGANGGU KENYAMANAN HATI
Mari  kita perhatikan komentar-komentar berikut: “Hati-hati lho, ini tempat  angker, hih…!”, “Awas, janganjangan, ada penunggunya..!?”, “Jangan  sembarangan ah, aku takut mereka marah…!”, “Kalau mau selamat, berikan  dulu sesajian…!”, “Hih…, tempat itu ngeri.!”. Semua ini adalah tebak  reka penulis terhadap kalimat-kalimat yang mungkin diucapkan oleh  sebagian orang saat berada di tempat-tempat yang dianggap seram.  Demikian itu sebagai ungkapan rasa takut dan kekhawatiran mendapat  celaka yang terjadi atas diri mereka di tempat tersebut. Bukan rahasia,  yang mereka takuti itu adalah para jin atau setan yang dianggap dapat  memberikan madharat (celaka) pada kondisi-kondisi tertentu. Parahnya,  setelah ketakutan itu menghantui diri manusia yang lemah tauhid, sering  kali mereka berlindung dari celaka dan ketakutan dengan cara-cara yang  dapat merusak kesucian tauhid, bahkan memusnahkannya. Mereka  menyandarkan diri kepada berbagai bentuk sesajen; sesajian berbungkus  mistik kelam untuk meredam ketakutan mereka dan mencari ketenangan.  Tanpa mereka sadari, tauhid dalam jiwa mereka rusak, seakan tiada  mengenal Allah Azza wa Jalla. Padahal, tak satu pun yang berhak diminta  perlindungannya selain Allah Azza wa Jalla yang Maha Kuasa. Tiada satu  pun yang mampu memberikan perlindungan selain Allah Azza wa Jalla yang  Maha Agung lagi Maha Kuasa atas segalanya. Satu hal yang dapat melegakan  kita bahwa setan, binatang buas, manusia atau siapapun tidaklah dapat  mendatangkan manfaat atau menimpakan madharat melainkan dengan izin  Allah Azza wa Jalla. Allah Azza wa Jalla berfirman: “Katakanlah:  “Siapakah Rabb langit dan bumi?” katakan, jawabnya: “Allah”. Katakanlah,  “Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindung bagimu dari selain  Allah, padahal mereka tidak memiliki manfaat dan madharrat bagi diri  mereka sendiri?!”… Apakah mereka menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah  yang menciptakan seperti ciptaan-Nya, sehingga kedua ciptaan itu serupa  menurut pandangan mereka?!”. Katakanlah: “Allah adalah Pencipta segala  sesuatu dan Dia-lah Rabb yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”.  [ar-Ra`du/13:16]
Maka hendaknya fenomena seperti ini dicermati  dengan seksama dan diluruskan. Tujuannya, agar langkah setiap Muslim  sesuai dengan pandangan syariat Islam yang benar dan sejalan dengan  tauhid yang diserukan oleh Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan  segenap rasul sebelum beliau, dan agar tauhid ini tetap terjaga  kemurniannya serta tidak tercemar dengan hal-hal beraroma syirik yang  mendatangkan kebinasaan bagi pelakunya.
BENTENG TAUHID YANG LEMAH
Karena  lemahnya benteng tauhid dan dangkalnya ilmu agama, sebagian kaum  Muslimin masih larut dalam tahayul yang diwariskan dari masa ke masa.  Akibatnya, bermunculan generasi rapuh tauhid yang mudah takut kepada  bangsa jin dan setan, kemudian mencari perlindungan dari selain Allah  Azza wa Jalla. Apabila mereka berada di tempat yang dianggap angker,  atau melewati tempat berhawa menyeramkan, maka sontak bulu kuduk  berdiri, keringat dingin membasahi dahi hingga ke ujung-ujung kaki.  Mereka takut terjadi petaka pada diri mereka akibat jin penunggu tempat  tersebut tidak merestui kehadiran mereka. Bagi sebagian orang, membakar  “kemenyan” dan membaca “jampi mantera” tententu dapat membuat jin-jin  itu tenang dan lebih akrab. Sebagian lain yang tidak sempat membakar  kemenyan atau membaca mantera, mereka gemetar sambil memohon  perlindungan kepada para jin untuk bisa menerima kehadiran mereka, dan  meminta agar tidak menggangu atau mencelakai. Allah Azza wa Jalla  berfirman:
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا
“Dan  sesungguhnya sebagian di antara manusia meminta perlindungan kepada  beberapa di kalangan bangsa jin, maka para jin itu menambah bagi mereka  dosa dan kesalahan”. [al-Jin/72:6]
Pada masa jahiliyah, seseorang  yang melewati suatu lembah atau bermalam di sebuah tempat, dan  merasakan ketakutan, biasa menyerukan “Aku berlindung kepada penguasa  lembah ini dari bangsa jin yang mengganggu?!”. Yakni berlindung kepada  penguasa jin di tempat tersebut dari para jin yang mengganggu.[1] Namun,  tidaklah permohonan lindungan dari jin itu dilakukan melainkan akan  menambah semakin dahsyat ketakutan dan kelemahannya di hadapan jin.  Karena itu para Ulama sepakat [2] bahwa memohon perlindungan dari jin  hukumnya haram, bahkan justru akan menambah rasa takut serta kegelisahan  hati. Sungguh, akibatnya dia akan semakin merasakan takut luar biasa,  padahal dia berharap agar dijauhkan dari rasa takut itu. Sebagian Ulama  menjelaskan bahwa manusia menjadikan jin semakin jahat dan congkak  ketika mereka memohon perlindungan kepada para jin dan mereka menjadikan  manusia semakin dihantui rasa takut terhadap para jin. [3]
MACAM-MACAM TAKUT
Para Ulama menjelaskan bahwa takut terbagi menjadi beberapa macamK
Pertama  : Takut yang berkedudukan sebagai ibadah, yaitu takut kepada Allah Azza  wa Jalla semata. Ini adalah salah satu ibadah hati. Allah Azza wa Jalla  berfirman: “Dan orang yang takut akan saat menghadap Rabbnya baginya  ada dua syurga”. [ar-Rahman/55:46]
Kedua: Takut yang bernilai  syirik, yaitu seorang hamba yang takut kepada selain Allah Azza wa Jalla  ; seperti takut kepada jin, mayat, atau selainnya sebagaimana takutnya  kepada Allah Azza wa Jalla atau bahkan lebih. Allah Azza wa Jalla  berfirman: “Sesungguhnya mereka adalah setan yang menakuti para  pengikutnya, maka jangan takut terhadap mereka (para setan), dan hanya  takutlah kepada-Ku jika kalian benar-benar beriman”. [ali `Imrân/3:175]
Ketiga:  Takut yang bernilai maksiat, yaitu ketakutan seorang hamba dari para  manusia yang mengakibatkan dia meninggalkan kewajiban atau melakukan  kemaksiatan. Padahal, kondisi itu belum sampai pada kategori teror  paksaan. Maka, ini adalah takut yang bernilai maksiat. Allah k  berfirman: “Janganlah takut kepada manusia, takutlah hanya kepada-Ku..”  [al-Maidah/5:44]
Keempat: Takut yang wajar sebagai tabiat  manusia, sebagaimana ketakutannya kepada musuh, binatang buas, ular  berbisa atau semisalnya. Takut jenis ini dimaklumi dengan syarat tidak  lebih hanya sekedar takut atau khawatir yang sewajarnya. Allah Azza wa  Jalla berfirman (tentang Nabi Musa): “Karena itu Musa menjadi takut  (khawatir) di kota itu, dia menunggu dengan cemas dan  khawatir…”.[al-Qashâsh/28:18 dan 21]
Kelima: Takut sang pengecut,  yaitu takut yang tidak beralasan atau dengan alasan yang tidak masuk  akal. Ini adalah takut yang tidak terpuji, pelakunya berhak disebut  pengecut. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung diri  dari perangai ini. Oleh karena itu, iman yang sempurna, tawakkal dan  keberanianlah yang dapat mencegah dari perangai tersebut. [4]
KERJASAMA JIN DAN MANUSIA BERAKIBAT AZAB DI NERAKA
Allah  Azza wa Jalla adalah Rabb kita, tiada tempat bernaung selain-Nya, tiada  tempat bersandar dari berbagai kesulitan dan kesempitan selain Dia Azza  wa Jalla, tiada yang disembah selain Allah Azza wa Jalla. Maka,  tidaklah pantas disembah, dimintai doa dan dimintakan perlindungan, atau  ditakuti selain Allah Azza wa Jalla. Demi mencapai kesenangan yang semu  dan sesaat, masih dijumpai sebagian orang mengambil jalan pintas dengan  menjalin kerjasama dengan bangsa setan yang terkutuk. Allah Azza wa  Jalla berfirman:
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا يَا مَعْشَرَ  الْجِنِّ قَدِ اسْتَكْثَرْتُم مِّنَ الْإِنسِ ۖ وَقَالَ أَوْلِيَاؤُهُم  مِّنَ الْإِنسِ رَبَّنَا اسْتَمْتَعَ بَعْضُنَا بِبَعْضٍ وَبَلَغْنَا  أَجَلَنَا الَّذِي أَجَّلْتَ لَنَا ۚ قَالَ النَّارُ مَثْوَاكُمْ  خَالِدِينَ فِيهَا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ ۗ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ  عَلِيمٌ
Dan di hari Allah menghimpun mereka semua (Allah  berfirman): “Hai jin, sesungguhnya kamu telah banyak menyesatkan  manusia”, lalu berkatalah kawan-kawan jin dari golongan manusia: “Wahai  Rabb kami, sesungguhnya sebagian dari kami telah mendapatkan kesenangan  dari sebagian (yang lain), dan kami telah sampai kepada waktu yang  Engkau tentukan bagi kami”.Allah berfirman: “Neraka itulah tempat  tinggal kalian, kalian kekal di dalamnya, kecuali jika Allah menghendaki  (yang lain)”. Sesungguhnya Rabb kalian Maha bijaksana lagi Maha  mengetahui”. [al-An`âm/6:128]
Dalam ayat ini digambarkan bahwa  sebagian dari jin dan manusia telah mendapatkan pelayanan satu sama  lain. Jin merasa senang karena manusia menaatinya, menyembahnya, dan  mengagungkannya, bahkan memohon perlindungan darinya. Sementara manusia  senang karena mencapai tujuan-tujuannya dengan bantuan jin agar hawa  nafsunya terpenuhi. Jadi, sesungguhnya manusia telah menyembah jin  kemudian jin memberikan pelayanannya kepada manusia dan tercapai  sebagian hajat duniawinya.[5] Allah Azza wa Jalla juga berfirman:
وَمَن  يَعْشُ عَن ذِكْرِ الرَّحْمَٰنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ  قَرِينٌ وَإِنَّهُمْ لَيَصُدُّونَهُمْ عَنِ السَّبِيلِ وَيَحْسَبُونَ  أَنَّهُم مُّهْتَدُونَ
“Dan barangsiapa yang berpaling dari  mengingat Allah Yang Maha penyayang, Kami jadikan baginya setan (yang  menyesatkan). Maka, setan itu menjadi teman yang selalu menyertainya.  Dan sesungguhnya para setan itu benarbenar menghalangi mereka dari jalan  yang benar, dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk”.  [az-Zukhruf/43:35-36]
Lihatlah bagaimana Allah Azza wa Jalla  memastikan kesesatan dan menjadikan neraka sebagai tempat pembalasan  bagi orang-orang yang telah menjadikan jin sebagai pelindung yang  diagungkan, ditakuti, ditaati dan dinanti perkara-perkara gaib darinya.  ‘Iyâdzan billâh.
BAGAIMANA SEHARUSNYA BERLINDUNG?
Kepada siapa  meminta perlindungan dari gangguan setan? Hakekat memohon perlindungan  adalah lari menghindar dari sesuatu yang ditakuti menuju siapapun yang  dapat memberikan perlindungan dan keselamatan.[6] Ketahuilah  sesungguhnya memohon perlindungan hanya kepada Allah Azza wa Jalla  berpasrah diri kepada-Nya dari segala keburukan. Allah Azza wa Jalla  berfirman:
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ مِن شَرِّ مَا خَلَقَ
Katakanlah: “Aku berlindung kepada Rabb Yang menguasai al-Falaq. Dari kejahatan makhluk-Nya”. [al-Falaq/113:1-2]
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ
Katakanlah: “Aku berlindung kepada Rabb (Yang memelihara dan menguasai) manusia”. [an-Nâs/114:1]
Setiap  perbuatan atau perkataan yang di dalamnya terdapat permintaan adalah  ibadah. Maka, memohon perlindungan adalah suatu bentuk ibadah. [7]  Dengan demikian, tidak dibenarkan hal itu ditujukan kepada selain Allah  Azza wa Jalla, karena itu adalah perbuatan syirik. Jadi, mengharap  kebaikan hanya kepada Allah Azza wa Jalla. Dialah Yang Maha  menghidupkan, mematikan dan membangkitkan. Allah Azza wa Jalla  berfirman:
وَاتَّخَذُوا مِن دُونِهِ آلِهَةً لَّا يَخْلُقُونَ  شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ وَلَا يَمْلِكُونَ لِأَنفُسِهِمْ ضَرًّا وَلَا  نَفْعًا وَلَا يَمْلِكُونَ مَوْتًا وَلَا حَيَاةً وَلَا نُشُورًا
Mereka  mengambil sesembahan-sesembahan selain Allah Azza wa Jalla (untuk  disembah), sesembahan-sesembahan itu tidak menciptakan apapun, bahkan  mereka sendiri diciptakan dan tidak kuasa untuk menolak suatu madharat  dari diri mereka dan tidak pula dapat memberi suatu manfaat, dan (juga)  tidak kuasa mematikan atau menghidupkan dan tidak (pula)  membangkitkan.[al-Furqân/25:3]
“Perlu diketahui bahwa suatu  bentuk permintaan dapat berbeda predikat dan ragamnya tergantung siapa  yang diminta. Apabila pihak yang diminta setara (dengan yang meminta)  maka disebut mencari (iltimâs), apabila yang diminta lebih rendah maka  itu disebut perintah. Namun, apabila yang diminta lebih tinggi maka  disebut memohon (berdoa). Tidak diragukan bahwa seorang yang memohon  perlindungan, dia tengah meminta kepada yang lebih tinggi darinya…” [8].  Allah Azza wa Jalla memerintahkan kita agar memohon perlindungan dari  gangguan setan hanya kepada-Nya. Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَقُل رَّبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَن يَحْضُرُونِ
Dan  katakanlah: “wahai Rabbi, aku berlindung kepada Engkau dari  bisikan-bisikan godaan setan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau Ya  Rabbi, dari kedatangan mereka kepadaku”. [al-Mukminûn/23:97-98]
وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Dan  jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan,maka mohonlah  perlindungan kepada Allah.Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha mendengar lagi  Maha mengetahui”. [Fushshilat/41:36]
Seorang Mukmin hendaknya  berlindung kepada Allah Azza wa Jalla semata dari segala keburukan yang  menimpanya, baik dari pertemuan dengan para setan, kehadiran mereka yang  mengejutkan, ajakan kesesatan, bisikan ataupun godaan mereka untuk  berbuat kemaksiatan. Apabila Allah Azza wa Jalla melindungi hamba-Nya  dari keburukan ini dan mengabulkan permohonannya, maka dia akan selamat  dari segala celaka dan keburukan, serta diberikan taufik untuk melakukan  segala kebaikan.
SEMUA ADA TUNTUNANNYA DALAM ISLAM
Islam  adalah agama yang sempurna. Tiada satupun permasalahan yang menjadi  petaka bagi manusia disebabkan Islam belum menjelaskannya. Terlebih jika  perkara itu terkait erat dengan konsistensi tauhid seorang hamba.  Pastilah Islam menjauhkan kaum Mukminin dari berbagai kesyirikan. Dengan  Islam ketentraman akan datang, keselamatan akan selalu menyertai,  tauhid akan menjadi penyejuk hati yang mendamaikan hidup dan menerangi  setiap langkah mereka. Berlindung dari apapun yang membahayakan kita  hanya kepada Allah Azza wa Jalla adalah cerminan tauhid. Lihatlah  bagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan  keteladanan kepada kita selaku umatnya.
عَنْ خَوْلَةَ بِنْتِ  حَكِيْمِ السُّلَمِيَّةِ قَالَتْ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلى اللَّهُ  عَلَيْهِ وَسَلَم يَقُوْلُ : ((مَنْ نَزَلَ مَنْزِلاً ثُمَّ قَالَ  "أَعُوْذُ بِكَلِمَا تِ اللَّهِ التَّامَّا تِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ "،  لَمْ يَضُرَّهُ شَيْئٌ حَتَّى يَرْ تَحِلَ مِنْ مَنْزِلِهِ ذّلِكَ))
Dari  Khaulah binti Hakim as-Sulamiyyah Radhiyallahu ‘anhuma ia berkata: aku  telah mendengar Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:  “Barangsiapa singgah di sebuah tempat dan dia membaca “أَعُوْذُ  بِكَلِمَا تِ اللّهَِ التَّامَّا تِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ “ (aku  berlindung dengan firman-firman Allah yang sempurna dari keburukan  apapun yang telah Allah ciptakan), maka tiada satu pun dapat  mencelakakannya hingga dia meninggalkan tempat tersebut”. Dalam riwayat  lain (disebutkan dengan bentuk perintah): “Jika salah seorang di antara  kalian singgah di sebuah tempat hendaklah ia membaca….!!”.[9]
Inilah  syariat Islam dalam memohon perlindungan. Yakni agar berlindung kepada  Allah Azza wa Jalla dengan firman-firman-Nya yang sempurna, yang tiada  kekurangan atau aib padanya. Bukan berlindung kepada para jin, setan  atau mantera azimat dukun, sebagaimana dilakukan oleh sebagian orang di  zaman ini yang ternyata tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan  oleh kaum jahiliyah. Itu adalah perbuatan syirik karena memohon  perlindungan adalah ibadah padahal ibadah hanyalah ditujukan kepada  Allah Azza wa Jalla semata. Allah Azza wa Jalla berfirman: “Katakanlah:  “Mengapa kamu menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat  member madharrat kepadamu dan tidak (pula) member manfaat?” dan  Allah-lah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui”. [ al-Mâidah: 76]
Ibnul  Qayyim rahimahullah berkata, “Barangsiapa menyajikan sembelihan untuk  setan, berdoa kepadanya, memohon bantuan dan lindungan darinya,  mendekatkan diri kepada setan dengan sesuatu yang setan sukai, maka  sungguh dia telah menyembah setan itu sekalipun dirinya tidak menamakan  hal tersebut sebagai ibadah…”. [10]
Islam telah mengajarkan semua  petunjuk berlindung dari berbagai hal yang mungkin menimbulkan bahaya  kepada kita termasuk dari gangguan para setan. Mari kita cermati  baik-baik doa dan dzikir-dzikir berikut ini. Semua telah diajarkan  Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
اللّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَا ئِثِ
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari setan laki-laki dan setan perempuan. [Doa masuk wc, HR. Muslim]
أَعُوْذُ بِاللَّهِ الْعَظِيْمِ وَبِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَسُلْطَا نِهِ الْقَدِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِالرَّ جِيْمِ
Aku  berlindung kepada Allah Yang Maha agung, dengan wajah-Nya yang mulia,  kekuasaan-Nya yang terdahulu dari godaan setan yang terkutuk”. [Doa  masuk masjid: HR Abu Dâwud]
اللَّهُمَّ اعْصِمْنِيْ مِنَالشَّيْطَا نِ الرَّجِيْمِ
“… ya Allah, lindungi aku dari setan yang terkutuk”. [Bagian dari doa keluar masjid: HR Ibnu Mâjah]
أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانِ وَهَامَّةٍ وَمِن كُلِّ عَيْنٍ لاَمَّةٍ
Aku  memohon perlindungan (kepada Allah) bagi kalian berdua dengan  firman-firman Allah yang sempurna dari gangguan setan dan binatang,  serta dari bahaya sihir ‘ain yang tajam. [Doa perlindungan bagi anak, HR  al-Bukhâri]
بِاسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ جَنِبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبْْ الشَّيْطَأ نَ مَا رَزَقْتَنَا
Dengan  menyebut nama Allah . Ya Allah, hindarkan kami dari setan. Jauhkan  setan dari (anak) yang Engkau karuniakan kepada kami” [Doa berkumpul  dengan isteri, HR al-Bukhâri, Muslim]
أَعُوْذُ بِكَلِمَا تِ  اللَّهِ التَّامَّاتِ الَّتِي لاَ يُجَاوِزُ هُنَّ بَرُّ وَلاَ فَا جِرُ  مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ وَذَرَأَ وَبَرَأَ وَمِنْ شَرِّ مَا يَنْزِلُ مِنْ  السَّمَاءِ وَمِنْ شَرِّ مَا يَعْرُجُ فِيْهَا وَمِنْ شَرِّ مَا ذّرَأَ فِي  اْلأَرْضِ وَمِنْ شَرِّ مَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمِنْ شَرِّ فِتَنِ  اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمِنْ شَرِّ كُلِّ طَارِقٍ إِلاَّ طَارِقًا يَطْرُ  قُ بِخَيْرٍ يَا رَححْمَنُ
Aku berlindung dengan firman-firman  Allah yang sempurna, yang tidak bisa ditembus oleh para hamba yang  shalih apalagi yang fasik, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari  kejahatan yang turun dari langit atau yang naik ke atas langit, serta  dari segala kejahatan makhluk di bumi. Juga dari kejahatan yang keluar  dari perut bumi, dari kondisi buruk kekacauan di siang dan malam, serta  dari kejahatan tamu di tengah malam, kecuali yang bermaksud baik, wahai  ar-Rahmân........…” [Doa mengusir setan jahat, HR. Ahmad]
Dan  masih banyak lagi contoh-contoh tuntunan Rasulullah n bagi kita selaku  umatnya dalam berlindung diri dari berbagai keburukan setan. Barangsiapa  menghidupkan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam  memohon perlindungan kepada Allah Azza wa Jalla, maka sungguh dia telah  mencerminkan tauhid dirinya kepada Allah Azza wa Jalla .
BEBERAPA HIKMAH YANG DAPAT DIPETIK DARI PEMBAHASAN SINGKAT DI ATAS:
1.  Islam mengajarkan umatnya untuk mempercayai adanya bangsa jin dan  setan. Agar diwaspadai godaannya, bukan untuk ditakuti madharratnya,  sebab tidak ada yang kuasa memberikan manfaat atau madharrat selain  dengan izin Allah Azza wa Jalla.
2. Gangguan dan godaan setan  mungkin datang bila-bila masa saja, namun seorang Mukmin dapat menghadapi dengan  kekuatan tauhidnya yaitu berlindung kepada Rabb Azza wa Jalla Yang Maha  segalanya.
3. Tidak dibenarkan takut kepada setan, apalagi  meminta perlindungan kepada setan dari gangguannya. Karena yang demikian  adalah syirik. Ketakutan itu justru akan menambah kejahatan dan  kecongkakan setan terhadap manusia, setan akan menyiksa manusia dan  membuat mereka semakin gelisah serta ketakutan.
4. Meyakini  tempat-tempat seram yang bertuan “jin” serta takut karenanya adalah  tahayul yang merusak kesucian tauhid. Karena pada saat itu dia seakan  lupa akan perlindungan dan kekuasaan Allah Azza wa Jalla terhadap para  hamba yang memohon perlindungan dari-Nya Azza wa Jalla.
5.  Selayaknya bagi seorang Mukmin untuk memahami klasifikasi “takut”  sebagaimana dijelaskan para Ulama, agar dirinya dapat menempatkan segala  sesuatu pada tempatnya.
6. Wajib memohon perlindungan hanya  kepada Allah Azza wa Jalla semata, baik dari gangguan setan atau dari  keburukan apapun karena itulah cerminan tauhid.
7. Kerjasama atau  barter jasa dan manfaat dengan para jin untuk mendapatkan sekelumit  kenikmatan duniawi adalah kesyirikan yang akan berujung adzab Allah Azza  wa Jalla.
8. Islam telah menuntun umatnya untuk segala kebaikan,  mengokohkan tauhidnya dan menjauhkan diri dari kesyirikan yang akan  menyengsarakannya di dunia dan di akhirat.
Semoga Allah Azza wa  Jalla senantiasa membimbing setiap langkah kita, menjadikan kita  hamba-Nya yang bertauhid di manapun kita berada, menerangi setiap  lembaran hidup kita dengan pelita ilmu. Melimpahkan kebaikan dan  kebahagiaan di dunia dan di akherat. Amîn.
(Penulis adalah staf pengajar Pesantren Islam al-Irsyad Tengaran)
[Disalin  dari majalah As-Sunnah Edis 11/iTahun XIII/1431H/2010M. Diterbitkan  Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton  Gondanrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858197]
_______
Footnote
[1].  Fathul-Majîd: 196, Taisîrul-‘Azîzil-Hamîd: 176-177, At-Tamhîd: 171,  Al-Qaulul-Mufîd: 162. Lihat juga kitab-kitab tafsir dalam penjabaran  makna ayat di atas
[2]. Kesepakatan ini disebutkan dalam Fathul-Majîd: 196
[3]. Al-Qaulul-Mufîd: 162
[4]. Al-Qaulul-Mufîd fî Adillatit-Tauhîd: 110-113
[5]. Taisîrul-‘Azîzil-Hamîd: 177, lihat juga tafsir Sa‘di
[6]. Taisîrul-‘Azîzil-Hamîd: 175, At-Tamhîd: 167
[7]. At-Tamhîd: 168
[8]. At-Tamhîd: 168
[9].Keduanya diriwayatkan oleh Imam Muslim
[10]. Dinukil dari Taisîrul-‘Azîzil-Hamîd: hlm 179. Lihat Badâi‘ul-Fawâid: 2/461
-------------------------
Oleh
Ustadz Rijal Yuliar, Lc
No comments:
Post a Comment